Sebuah Pemikiran Mengenai Berkarya di Web3 Platform

avatar
(Edited)

IMG_9005.JPG

Pada awalnya, saya menulis di blogging platform berdasarkan web3 adalah untuk mendapatkan pendapatan sampingan, dan mulailah saya menulis menggunakan dasar-dasar jurnalistik yang pernah saya dapatkan ketika menempuh perkuliahan.

Saya menggunakan aturan lima W dan satu H (5W1H),What, when, where, who, why dan how. Aturan 5W1H ini sebenarnya sudah diketahui dan diajarkan pada dasar-dasar penulisan jurnalistik dan ini cukup efektif untuk menulis sebuah artikel. Selain itu masih perlu dipelajari lagi bagaimana menggunakan ejaan, kalimat dan aturan bahasa yang baku. Sebenarnya untuk satu hal ini tergantung pada jenis tulisan dan akan dimuat dimanakah tulisan itu.

Sebuah Kekecewaan

Sebenarnya yang jadi masalah adalah bukan mengenai hasil dan bagaimana tulisan itu dibuat, tapi seberapa besar imbalan materi monetasi (vote kalau di Hive atau Steemit) yang didapatnya.

Seringkali saya menulis secara serius dan berdasarkan prinsip-prinsip menulis artikel yang wajar, tapi hasilnya cuma sedikit. Padahal untuk menulis sebuah artikel yang sifatnya agak serius butuh waktu berjam-jam, apalagi kegiatan menulis itu bersamaan dengan sambil mencari sumber tulisan dan ilustrasi foto atau gambar yang cocok, maka bisa butuh energi besar serta waktu yang lebih lama lagi.

Akhirnya sebuah kekecewaan yang didapat karena tidak adanya kesesuaian harapan dan kenyataan. Inilah yang seringkali saya rasakan ketika tulisan-tulisan atau hasil karya yang saya buat di sebuah blogging platform berbasis web3 tidak menghasilkan sesuai harapan dan perkiraan sebelumnya.

Akhirnya Ikut-ikutan

Setelah mengalami kekecewaan akhirnya mencari-cari jalan dan mengupayakan bagaimana caranya mendapatkan hasil yang besar untuk hasil karya atau tulisan kita di blogging platform berbasis web3 (khususnya Hive dan Steemit). Beberapa caranya yang dilakukan untuk itu seperti bagaimana membeli vote, ikut komunitas tertentu, "bekerja" menjadi "karyawan" dari grup whale (pemilik modal besar), mendelegasikan Hive Power kepada "whale" agar mendapatkan vote. Hal-hal tersebut sebenarnya sah-sah saja selama tidak dilarang oleh sistem blockchain dan komunitas penggunanya.

image.png

image.png



0
0
0.000
14 comments
avatar

Hive platform blogging ini kayaknya sudah semakin berkurang ya engagement nya. Mungkin modelnya yang proof of brain ini mesti diubah juga. Sistem vote untuk dapat earning itu juga kurang bagus, rawan abuse pula.

Dulu waktu masih aktif kurasi saya sering heran juga kok bisa author2 dengan kualitas postingan yang ciamik, masih harus perlu bantuan grup kurasi hanya demi dapat earning yang lumayan...

Pada akhirnya ya seperti yang kamu bilang itu Om, merapat ke yang berkuasa (a.k.a punya stake berlimpah). Vote gede sering tidak berbanding lurus dengan kualitas postingan, lebih ke pertemanan faktornya 😃

0
0
0.000
avatar

belum lagi kalau berurusan sama predator-predator sok berkuasa yang suka main injek orang hanya karena ga suka doang wkwkwk

0
0
0.000
avatar

Om Dewa apa pernah ngalami kena downvote si Bernie..... wkwkwkwkw, sekarang nggak tahu kemana tuh orang

0
0
0.000
avatar

jaman itu ane belum ada, skg aja ane masih diserang terus kan dengan alasan berganti2 wkwkwk

0
0
0.000
avatar

nasib ... nasib....

0
0
0.000
avatar

Betul parahnya lagi pertemanan mereka bersifat tertutup, sehingga yang lain nggak bisa masuk dalam lingkaran pertemanan mereka.

0
0
0.000
avatar

makanya dulu saya ngajak beberapa orang, seperti om eka sama om satria, supaya setidaknya user-user kita tidak main WD semua. setidaknya ada minimum threshold HP yang bisa bantu sesama users Indo.

!hiqvote

0
0
0.000
avatar

@dewabrata, the HiQ Smart Bot has recognized your request (2/2) but the mana is too low. Try again later.

As a consolation, @dewabrata gets !LOOL from @hiq.redaktion.

For further questions, check out https://hiq-hive.com or join our Discord. And don't forget to vote HiQs fucking Witness! 😻

0
0
0.000
avatar
  • Betul... tapi sayangnya kelihatannya user-user dari Indonesia kurang kompak kelihatannya jadi seringkali rungkad, putus ditengah jalan.
0
0
0.000
avatar

Sama om, saya pun merasakan.
Bagaimana kita berusaha serius menulis, dengan merujuk pada penulis yang dapat vote besar, ternyata meskipun kualitasnya hampir sama, votenya berbeda jauuh. Bahkan tidak jarang penulis dengan konten yang rada ngasal, vote nya selalu besar di setiap vote nya. Mau protes juga ya susah, berlindung dibalik "diskresi kurator". Andaikan vote nya bener2 adil, saya rasa tulisan di hive akan lebih berkualitas..
Akhirnya karena sering kecewa, mulai mencari jalan lain, daripada susah payah ga dapet apa apa...

0
0
0.000
avatar

Betul saya setuju, makanya itu akhirnya user jadi pada bingung. Kita bikin postingan santai kayak di FB, Instagram dan Tik Tok malah dipikir kita tidak serius, dikira spam, tapi kalau kita bikin postingan yang serius dan berbobot malah nggak ada yang vote.... 😄. Jadi akhirnya saya sistem pertemanan, yang terlihat aktif, original biasanya saya vote. Omong-omong saya sudah setting di hive vote untuk follow dan vote akunnya kakak, mumpung ingat soalnya kalau dimanual sering lupa nama akunnya, kadang ingat cuma sering misspell nama akun 😊

0
0
0.000
avatar

itu dia kak, ini yang bikin juga proses rekrutmen di hive agak sulit. Kita mau ajak orang beralih dari twitter dan fb, yang biasanya posting santai, ke hive yang kalau nulis santai dianggap spam, dan harus nulis serius yang butuh banyak effort, utk reward yang kadang juga gak sesuai dibanding penulis lain yang kualitasnya serupa. Ujung ujungnya jadi gitu sistem saling vote temen aja, harus perbesar circle , atau cari jalan lain yg berisiko.

Terima kasih utk follow nya kak, akun kakak juga sudah saya follow melalui akun indonesianhiver ya, yang di dalamnya juga ada saya dan beberapa user lain yang follow 😁

!PIZZA

0
0
0.000