Preserving Cut Nyak Meutia's Spirit of Struggle: Agam Inong North Aceh Tourism Ambassador 2023 |

avatar

IMG_3277.JPG

IMG_1206.jpg


Aceh Utara, Indonesia, has a very complete tourist destination ranging from natural, cultural, man-made and historical tourism. Tourist destinations in Aceh Utara do not only offer physical beauty that is pleasing to the eye, they do not only rely on photo spots to be displayed on social media, not only that, although it must be admitted that photo spots are one of the attractions and are part of the promotional strategy.

Tourist destinations in North Aceh also inherit an invisible beauty that has a long-term impact and touches beauty from within, inheriting the spirit of struggle that the younger generation needs to navigate the oceans of life.

One of these historical tourist destinations is the home of national hero Cut Nyak Meutia in Pirak Mosque Village, Matangkuli District, North Aceh. This destination inspired Agam Inong, North Aceh Tourism Ambassador 2023, Riamizard and Dara Ismadana. Rumoh Cut Meutia is a silent witness to the history of the struggle of brave women to expel the Dutch kaphe.


IMG_1207.jpg


There are traditional houses, monuments, houses on stilts, jeungki (a tool for pounding rice, and kroong (a traditional tool for storing rice from the Acehnese). Jeungki and kroong are now almost never seen in Acehnese homes, especially in urban areas.

The performances of Agam Riamizard and Inong Dara Ismadana illustrate one of the most heroic stages of the Cut Nyak Meutia struggle. A story that inspires and leaves deep wounds, but leaves a strong message about struggle that never fades.

After the death of her husband, Cut Meutia continued her guerrilla war against the Dutch kaphe. In a battle in Alue Karieng, inland of North Aceh, Marechausée troops shot Cut Nyak Meutia on October 24 1910.

The commander of the Dutch troops wanted to get proof that the woman they managed to shoot was really Cut Meutia. They wanted to take the gold bracelet around Cut Meutia's wrist, but were unable to open it.


IMG_1218.jpg


So, a Dutch soldier chose to cut off Cut Meutia's hand and take it as clear proof that Cut Meutia was dead.

Fragments of the story told by Teuku Ramli, who belongs to Cut Meutia's lineage, are part of the story shown by Agam Riamizard and Inong Dara Ismadana. The story was read by Riamizard in the form of an Acehnese saga and expressed by Dara Ismadana.

Apart from preserving the spirit of struggle, the performance of Agam Inong North Aceh also revives the art of Acehnese speech and lore which must also be cared for and preserved, especially for the younger generation amidst the bombardment of foreign culture through social media. The spirit of struggle and the spirit of caring for Aceh's cultural riches combine in the appearance of Agam Inong, North Aceh Tourism Ambassador 2023.[]

IMG_1226.jpg

IMG_1200.jpg

IMG_3272.JPG

IMG_3275.JPG

IMG_3276.JPG

IMG_3278.JPG

IMG_3279.JPG

IMG_3280.JPG

IMG_3281.JPG

IMG_3282.JPG

Melestarikan Spirit Perjuangan Cut Nyak Meutia: Agam Inong Duta Wisata Aceh Utara 2023

Aceh Utara memiliki destinasi wisata yang sangat lengkap mulai dari wisata alam, budaya, buatan manusia, dan sejarah. Destinasi wisata di Aceh Utara tidak hanya menyuguhkan keindahan fisik yang melenakan mata, bukan hanya mengandalkan spot foto untuk dipajang di media sosial, bukan hanya itu meski harus diakui spot foto termasuk salah satu daya tarik dan menjadi bagian dari strategi promosi. Destinasi wisata di Aceh Utara juga mewarisi keindahan tak terlihat yang berdampak jangka panjang dan menyentuh sisi keindahan dari dalam, mewarisi semangat perjuangan yang dibutuhkan generasi muda untuk mengarungi samudra kehidupan.

Salah satu destinasi wisata bersejarah tersebut adalah rumoh pahlawan nasional Cut Nyak Meutia di Desa Masjid Pirak Kecamatan Matangkuli, Aceh Utara. Destinasi tersebut menginspirasi Agam Inong Duta Wisata Aceh Utara 2023, Riamizard dan Dara Ismadana. Rumoh Cut Meutia sebagai saksi bisu sejarah perjuangan perempuan yang gagah berani mengusih kaphe Belanda.

Di sana terdapat rumah adat, monumen, rumah panggung, jeungki (alat untuk menumbuk padi, dan kroong (alat menyimpan padi tradisional masyarakat Aceh). Jeungki dan kroong kini hampir tidak pernah terlihat lagi di rumah masyarakat Aceh, terutama di kawasan perkotaan.

Penampilan Agam Riamizard dan Inong Dara Ismadana menukilkan salah satu babak perjuangan paling heroik dalam perjuangan Cut Nyak Meutia. Kisah yang menginspirasi sekaligus menyisakan luka mendalam, tetapi meninggalkan pesan kuat tentang perjuangan yang tidak pernah luntur.

Sepeninggal suaminya, Cut Meutia melanjutkan perang gerilya melawan kaphe Belanda. Dalam sebuah pertempuran di Alue Karieng, pedalaman Aceh Utara, pasukan Marechausée menembak Cut Nyak Meutia pada 24 Oktober 1910.

Komandan pasukan Belanda ingin mendapatkan bukti bahwa perempuan yang berhasil mereka tembak benar-benar Cut Meutia. Mereka ingin mengambil gelang emas yang melingkari pergelangan tangan Cut Meutia, tetapi tidak berhasil membukanya.

Maka, seorang tentara Belanda memilih memotong tangan Cut Meutia dan membawanya sebagai bukti nyata Cut Meutia telah tiada.

Penggalan kisah yang dituturkan Teuku Ramli yang termasuk garis keturunan Cut Meutia, menjadi bagian yang ditampilkan Agam Riamizard dan Inong Dara Ismadana. Kisah tersebut dibacakan Riamizard dalam bentuk hikayat Aceh dan diekpresikan Dara Ismadana.

Selain melestarikan semangat perjuangan, penampilan Agam Inong Aceh Utara juga mengangkat kembali seni tutur dan hikayat Aceh yang juga harus dirawat dan dilestarikan, terutama bagi generasi muda di tengah gempulan budaya asing melalui media sosial. Spirit perjuangan dan spirit merawat kekayaan budaya Aceh, berpadu dalam penampilan Agam Inong Duta Wisata Aceh Utara 2023.[]

IMG_3284.JPG

IMG_3285.JPG

IMG_3292.JPG

IMG_3293.JPG

IMG_3295.JPG

IMG_3298.JPG



0
0
0.000
0 comments