Describing Deepest Feelings |



I gave the assignment to the students of the Basri Daham Journalism Institute (BJI) to describe the feelings of love_hate_longing, and darling without mentioning these four phrases in various languages and not including the beginning or ending of the phrase.

The assignment is to train students' writing skills in expressing and describing their deepest feelings. Let the impression of love, hate, longing, and dear be born from the reader's conclusion.

There were 10 students who attended the meeting and they allowed their articles to be edited without changing the meaning. From this editing, students can also learn to improve their writing. Some write in the form of features, essays, and some in the form of poetry. In fact, I asked them not to write in poetry form. But that's okay, perhaps he was freer to explore his deepest feelings in the form of poetry.

We start with the writings of Putri Zuhra who is a journalist in Aceh Utara, Indonesia.

Soul Resonance

By Putri Zf

The sight often evokes feelings
without saying a word
like being hypnotized is not just an event
about beauty and tranquility in the soul
like an angel who comes without sin
until I was in the sky
who then fell without mercy.

That day, a bright figure appeared to greet the white harvest leaving sadness behind
Penetrating the time that refuses to pass
Get rid of the worry of being shackled
It doesn't matter what the process is
It doesn't matter how he greets you
No matter how it burns
Like a seraksa being blown by a serene wind
Like rain in the transition season

And like cooling in the middle of the savanna desert
In a beautiful and shady figure
I chanted these poems to the angels of the evening
Then it takes root, binds until it becomes entangled

Then it merges as if it had never been

But in fact no,
Without knowing when it's time to start until it finally stops on its own
A story that has become a choice has now ended
Even though in essence it will be replaced
but basically he is the one I hope for sure
Like the sun goes away and comes back with a new beginning

Hope has disappeared
Even though it is full of beautiful stories
A smile that is often beautifully carved is the end of the story
Because that opportunity no longer exists
And it's all just a story
Just because they pushed each other aside with their egos on their respective paths

From verse to verse,
From notices that are always pinned to being isolated from each other
Although sometimes, every time we meet, the feelings grow again at the same time
However, it will not anchor a second time on something that is uncertain






Mendeskripsikan Rasa Terdalam

Saya memberi tugas kepada mahasiswa Basri Daham Journalism Institute (BJI) untuk mendeskripsikan rasa cinta_benci_rindu, dan sayang tanpa menyebutkan keempat frasa tersebut dalam berbagai bahasa serta tidak boleh mencantumkan awalan atau akhiran dari frasa tersebut.

Tugas itu untuk melatih kemampuan menulis mahasiswa dalam mengungkapkan dan menggambarkan rasa terdalam. Kesan tentang cinta_benci_rindu, dan sayang biarlah lahir dari kesimpulan pembaca.

Ada 10 mahasiswa yang mengikuti pertemuan tersebut dan mereka mengizinkan artikel mereka diedit tanpa mengubah arti. Dari editing ini, mahasiswa juga bisa belajar memperbaiki tulisannya. Ada yang menulis dalam bentuk feature, esai, dan ada pula dalam bentuk puisi.

Padahal, aku meminta mereka menulis tidak dalam bentuk puisi. Tapi tidak apa, mungkin ia lebih bebas menggaali perasaan terdalam dalam bentuk puisi.

Kita mulai dari tulisan Putri Zuhra yang merupakan seorang jurnalis di Aceh Utara.

Resonansi Jiwa

Oleh Putri Zf

Pemandangan itu seringkali membangkitkan perasaan
tanpa terucap kata-kata
layaknya terhipnotis bukan hanya sekadar peristiwa
tentang keindahan dan ketenangan dalam jiwa
layaknya seorang malaikat yang datang tanpa dosa
hingga aku berada di awang-awang
yang kemudian jatuh tanpa rasa belas kasihan.

Hari itu, sosok terang hadir menyapa menuai putih tinggalkan pilu
Menembus waktu yang enggan berlalu
Lenyapkan resah karena terbelenggu
Tak peduli bagaimana prosesnya
Tak peduli bagaimana ia menyapa
Tak peduli bagaimana ia membara
Laksana selaksa diterbangkan angin syahdu
Seperti hujan di musim pancaroba

Dan layaknya penyejuk di tengah gurun pasir padang savanna
Pada sosok ayu nan teduh
Kulantukan syair-syair itu pada mahligai bidadari senja
Kemudian mengakar, mengikat hingga terjerat

Lalu menyatu seakan tak pernah semu

Namun nyatanya tidak,
Tanpa diketahui kapan waktunya memulai hingga akhirnya terhenti sendiri
Pada sebuah cerita yang menjadi pilihan kini telah berakhir
Meski pada hakikatnya akan terganti
namun pada dasarnya dialah yang kuharap pasti
Layaknya sang matahari yang pergi dan kembali dengan awal baru

Asa pun telah sirna
Meski diwarnai penuh dengan cerita nan indah
Senyuman yang kerap kali terukir indah menjadi akhir cerita
Karena kesempatan itu tak lagi berada
Dan semua tinggal cerita
Hanya karena saling menepi dengan ego pada jalan masing-masing

Dari bait ke bait,
Dari notice yang selalu disematkan hingga saling terasing
Meski terkadang, setiap kali bertemu rasa itu kembali tumbuh secara bersamaan
Namun, takkan berlabuh untuk kedua kalinya pada hal yang tak pasti





0
0
0.000
0 comments